Arsip Bulanan: Januari 2016

Dosa Terhadap Ilmu dan Ulama

[menyikapi fenomena mencela ulama]

Daftar Isi

Mukaddimah 2
Ajaran Haddadiyah 4
Ajaran Khawarij 5
Kapan Seseorang Dikeluarkan dari Lingkup Ahlus Sunnah? 6
Menimbang Kesalahan Ulama 9
Kisah Nabi Musa dan Hathib bin Abi Balta’ah 10
Bedakan antara Ulama dan Ahlul Bid’ah 13
Perbedaan dalam Ijtihad 15
Ketergelinciran Seorang Ulama 18
Al-Imam Qatadah bin Di’amah as-Sadusi 20
Al-Imam Fudhail bin Iyadh 21
Al-Imam Muhammad bin Nashr al-Marwazi 23
Al-Imam Ibnu Khuzaimah 24
Al-Imam Abu Bakar al-Qaffal 26
Al-Imam Ibnu Hazm al-Andalusi 27
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 29
Al-Imam Jalaluddin as-Suyuthi 30
Antara Mengkritik dan Melecehkan 31
Penerapan Kaedah di Jaman Ini 35
Al-Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani 37
Asy-Syaikh Washiyullah Abbas al-Hindi al-Makki 39
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wushabi 39
Su’ul Khatimah 40
Penutup 40

Mukaddimah

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ، ومن سيئات أعمالنا ، من يهده الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمد عبده ورسوله.

(Amma ba’du)
Di antara manhaj Ahlussunnah Salafi adalah menghormati dan memuliakan kedudukan para ulama mereka. Al-Imam an-Nawawi rahimahullah berkata:

باب توقير العلماء والكبار وأهل الفضل وتقديمهم عَلَى غيرهم ورفع مجالسهم وإظهار مرتبتهم

“Bab: Memuliakan Para Ulama, Orang-orang Tua, Orang yang Mempunyai Keutamaan, Mendahulukan Mereka atas Selain Mereka, Meninggikan Majelis Mereka dan Menampakkan Kedudukan Mereka.” (Riyadlush Shalihin, Bab: 44, hal: 228).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ

“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah, yaitu memuliakan seorang Muslim yang sudah beruban, (memuliakan) penghafal al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dan mengurang-kurangi (terhadap al-Quran, pen), dan (memuliakan) penguasa yang adil.” (HR. Abu Dawud: 4203, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya: 22353 (6/536) dan al-Baihaqi dalam al-Kubra: 17101 (8/163) dari Abu Musa al-Asy’ari radliyallahu anhu. Di-hasan-kan oleh al-Imam al-Albani dalam Shahihul Jami’: 2199).
Beliau juga bersabda:

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

“Bukanlah termasuk umatku, orang yang tidak memuliakan generasi tua kami, tidak menyayangi generasi muda kami dan tidak mengenal hak ulama kami.” (HR. Ahmad: 21693, al-Hakim dalam Mustadraknya: 421 (1/211) dan al-Bazzar dalam Musnadnya: 2362 (7/189) dari Ubadah bin ash-Shamit radliyallahu anhu. Isnadnya di-hasan-kan oleh al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid: 532 (1/338) dan di-hasan-kan pula oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib hadits: 101).
Namun kenyataan yang terjadi di negeri kita yang tercinta ini adalah sebaliknya. Para ulama as-Sunnah sudah menjadi bahan gunjingan, bahan celaan dan kehormatan mereka dicabik-cabik oleh sebagian salafiyyin.
Di antara mereka ada yang mencela al-Allamah Ibnu Utsaimin rahimahullah dengan ucapan bahwa beliau tidak bisa dijadikan rujukan dalam perkara Manhaj. Di antara mereka ada yang mencela asy-Syaikh Abdur Razzaq al-Badr hafizhahullah dengan tuduhan syaikh yang mempunyai makar atau syaikh dengan nilai rapor merah. Di antara mereka ada yang mencela dan men-tahdzir dari kajian asy-Syaikh Washiyullah Abbas, Mufti kota Makkah hafizhahullah. Di antara mereka ada yang melarang untuk berdo’a ‘rahimahullah’ atas meninggalnya asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Wushobi al-Yamani dengan alasan sikap beliau belum jelas. Kurang lebih demikian ucapan mereka sebagaimana dalam rekaman ceramah-ceramah mereka.
Padahal al-Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah mengingatkan:

من استخف بالعلماء ذهبت آخرته ومن استخف بالامراء ذهبت دنياه ومن استخف بالاخوان ذهبت مروءته

“Barangsiapa melecehkan ulama, maka hilanglah akhiratnya. Barangsiapa melecehkan penguasa, maka hilanglah dunianya. Barangsiapa melecehkan teman sejawatnya, maka hilanglah muru’ahnya.” (Atsar riwayat Ibnu Asakir dalam Tarikh Damsyiq: 32/444).
Al-Imam Ibnu Asakir rahimahullah juga mengingatkan:

وأعلم يا أخي وفقنا الله وإياك لمرضاته ممن يخشاه ويتقيه حق تقاته أن لحوم العلماء رحمة الله عليهم مسمومة وعادة الله في هتك أستار منتقصيهم معلومة

“Ketahuilah wahai Saudaraku! –semoga Allah memberikan taufiq kepada kami dan Anda kepada ridha-Nya agar termasuk dari orang yang takut dan bertakwa kepada-Nya dengan sebenarnya- bahwa sesungguhnya daging para ulama –semoga Allah merahmati mereka- itu beracun. Dan kebiasaan Allah di dalam menghancurkan tabir orang-orang yang melecehkan mereka itu sudah diketahui.” (Tabyin Kadzibil Muftari fi Maa Nusiba ilal Imam Abil Hasan al-Asy’ari: 29)
Tulisan ini dibuat sebagai bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan mencintai dan membela kedudukan para ulama. Penulis berdoa kepada-Nya agar mendapatkan kebersamaan dengan para ulama as-Sunnah, meskipun ilmu dan amal Penulis masih tidak ada apa-apanya dibanding mereka.
Anas bin Malik radliyallahu anhu berkata:

فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ

“Kami belum pernah merasakan gembira di dalam al-Islam dengan perasaan gembira yang lebih besar daripada sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam “Kamu bersama orang yang kamu cintai.” Anas berkata: “Maka aku mencintai Allah, rasul-Nya, Abu Bakar dan Umar. Aku berharap agar aku bersama mereka walaupun aku tidak bisa beramal seperti amal mereka.” (HR. Muslim: 4777).
Akhirnya Penulis berdoa:

تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh.” (QS. Yusuf: 101).
Babat, 7 Rabi’ul Akhir 1437 H
Dr. M Faiq Sulaifi Baca lebih lanjut